FGD : Sebuah Diskusi Tentang Kurikulum Merdeka

Oleh : Michal Yustinian

Tahun Pelajaran 2022/2023 ditandai dengan implementasi Kurikulum Merdeka jalur mandiri. Penerapan kurikulum merdeka (Kurikulum Prototipe) menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) merupakan salah satu opsi dalam rangka pemulihan pembelajaran pasca pandemi COVID-19 yang menyebabkan banyaknya kendala dalam proses pembelajaran di satuan Pendidikan. Kurikulum Merdeka sebagai opsi satuan Pendidikan dalam rangka pemulihan pembelajaran tahun. 2022 s.d. 2024)

SMA Budi Utomo Perak adalah salah satu sekolah di Kabupaten Jombang yang akan melaksanakan IKM secara Mandiri dengan pilihan yang kedua, yakni Mandiri Berubah. Pilihan tersebut memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan saat menerapkan Kurikulum Merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan. Pilihan yang ditawarkan kepada satuan Pendidikan dalam IKM jalur mandiri. Namun dalam penerapan Kurikulum Merdeka di SMA Budi Utomo Perak yang akan dilaksanakan pada tahun pelajaran 2023/2024 masih menyisakan beberapa kendala, diantaranya pemahaman guru tentang kurikulum merdeka yang masih terbatas. Meski telah dilakukan beberapa Workshop dan pelatihan bagi guru, namun keterbatasan waktu kegiatan menyebabkan guru kurang percaya diri dalam menerjemahkan kurikulum merdeka dalam teknis kegiatan belajar.

Untuk itu Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) menyiapkan cara ketiga dalam Strategi IKM Jalur Mandiri yakni menyediakan Pelatihan Mandiri dan Sumber Belajar Guru (High Tech), pendekatan strategi yang juga menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang berfungsi dalam melakukan pelatihan mandiri Kurikulum Merdeka yang dapat diakses secara daring oleh guru dan tenaga kependidikan untuk memudahkan adopsi Kurikulum Merdeka disertai sumber belajar dalam bentuk video, podcast, atau ebook yang bisa diakses daring dan didistribusikan melalui media penyimpanan Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri)

Tulisan ini, merupakan refleksi kegiatan Aksi Nyata yang dilakukan penulis dalam pelatihan mandiri yang diikuti khususnya pada topik Kurikulum Merdeka. Setelah mempelajari materi berupa video dan ebook dipalform Merdeka Mengajar serta menyelesaikan post test. Penulis melakukan Aksi Nyata sebagai bentuk praktik pemahaman terhadap topik tersebut. Aksi Nyata yang dipilih pada topik ini adalah Focus Group Discussion (FGD).

Dalam dunia profesional, focus group discussion atau FGD adalah sebuah teknik diskusi yang biasa digunakan untuk berbagai macam kepentingan, seperti meeting divisi, riset bahkan HRD pada perusahan menjalankannya pada tahap rekrutmen.

Focus Group Discussion (FGD) adalah kelompok kecil yang terdiri atas enam sampai sepuluh orang yang dipimpin melalui diskusi terbuka oleh fasilitator yang terampil menurut Eliot dan Associates (2005) sedangkan menurut ahli lain menyatakan Focus Group Discussion (FGD) ialah proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis tentang permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Irwanto (2006)

FGD dengan topik kurikulum merdeka dilakukan penulis bersama guru di SMA Budi Utomo Perak, berjumlah 13 orang. Diskusi dilakukan dengan metode Six Thinking Hats atau 6 topi berfikir. Diskusi tersebut dilakukan pada hari Rabu, 1 Maret 2023 setelah selesai kegiatan belajar pembelajaran di kelas.

Diskusi berlangsung dengan santai dan hangat. Hampir sebagian besar guru berkontribusi dalam diskusi tersebut, meski ada beberapa guru yang hanya mengikuti saja jalannya diskusi. Dari kegiatan FGD dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru di SMA Budi Utomo Perak mulai memahami kurikulum merdeka.

Pada diskusi topi putih, yakni mengenai informasi apa yang dimiliki dan masih perlu dicari, guru-guru SMA Budi Utomo Perak memaparkan informasi apa yang telah diketahui tentang kurikulum merdeka, panulis mencatat beberapa hal seperti guru di SMA Budi Utomo Perak memahami bahwa pada kurikulum merdeka tidak ada peminatan IPA IPS hanya ada mapel pilihan. Kemudian kurikulum merdeka lebih menekankan pada P3 (Profil Pelajar Pancasila), adanya kegiatan pembelajaran/Projek, dilaksanakannya pembelajaran yang berdiferensiasi (konten, proses dan produk). Pada Asesmen, guru-guru SMA Budi Utomo Perak telah memahami perlu dilakukan asesmen sebelum dilakukan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengetahui profil belajar maupun kesiapan belajar siswa, semangat dikurikulum merdeka adalah memfasilitasi minat dan bakat siswa,

Selain itu pada Bimbingan Konseling, dapat disimpulkan bahwa guru SMA Budi Utomo Perak telah memahami bahwa kurikulum manapun tidak mengalami perubahan yang signinfikan sebab layanan BK dibakunya demikian, namun tetap ada yang perlu diadaptasi salah satunya istilah model layanan BK. Dalam Kode etik BK, guru BK harus memfasilitasi siswa dalam mencari kesejahteraan belajarnya tidak lepas dari P3.

Di samping pemahaman yang telah dimiliki, terdapat beberapa informasi yang masih ingin digali oleh guru di SMA Budi Utomo Perak, antara lain Bentuk Laporan penilaian kegiatan Projek, Bentuk Laporan penilaian rapot Intra dan Bagaimana menilai Projek secara Individu.

Pada topi merah, yaitu tentang perasaan yang dirasakan, sebagian besar guru di SMA Budi Utomo Perak mengatakan sangat bersemangat dalam menghadapi perubahan kurikulum ini. Hal ini menunjukan bahwa ada harapan besar SMA Budi Utomo Perak dapat berhasil menerapkan kurikulum merdeka di satuan pendidikannya.

Meski demikian pada diskusi topi hitam, yang mendiskusikan tentang hal negatif apa yang timbul, kerugian apa yang akan terjadi serta masalah apa yang mungkin muncul dari penerapan kurikulum merdeka, terdapat khawatiran pada guru SMA Budi Utomo Perak bahwa akan muncul kesulitan dalam melakukan penilaian Individu dalam kegiatan projek. Kemudian adanya kesulitan siswa dalam menentukan tujuan hidup (hal ini terkait dengan pemilihan kelompok mata pelajaran pada fase F), alokasi waktu yang masih terbatas kontradiktif dengan materi pada beberapa pelajaran yang bertambah, dan dikhawatirkan kurikulum merdeka akan tetap mengurung siswa di sekolah.

Pada diskusi topi kuning, yang membahas hal positif apa yang timbul, keuntungan apa yang terjadi dan masalah apa yang mungkin selesai, didapatkan informasi bahwa dalam kurikulum merdeka kegiatan belajar dapat dilakukan dengan lebih menarik atau tidak monoton siswa dapat lebih leluasa berinteraksi dengan teman-temannya, mengungkapkan pemikiran, banyak bergerak, dan terutama siswa dapat berkecimpung dan berinteraksi langsung dengan dunia luar dalam kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila. Selain itu, dalam kurikulum merdeka tidak ada penjurusan seperti pada kurikulum 2013 sehingga stigma negative tentang IPS dan IPA yang kuat selama ini dapat hilang dengan sendirinya.

Pada diskusi tentang solusi dan inovasi apa yang bisa dikerjakan di topi hijau, guru-guru di SMA Budi Utomo Perak mengatakan bahwa mereka akan bertanya kepada siswa tentang proses belajar yang seperti apa yang diinginkan siswa, menerapkan metode yang lebih banyak sebab pada kurikulum merdeka bisa lebih bebas dan tidak terlalu terikat, akan membuat pasar siswa untuk menyalurkan hasil karya siswa dan menumbuhkan jiwa kewiraahaan siswa di SMA Budi Utomo Perak, serta membuat siswa nyaman berada di sekolah.

Dari hasil diskusi topi putih, merah, hitam, kuning dan hijau, dapat ditarik kesimpulan pada diskusi topi hitam bahwa, pada kurikulum merdeka guru merupakan fasilitator belajar siswa, pembelajaran berdiferensiasi perlu dilakukan oleh guru, kurikulum merdeka sangat bagus untuk perkembangan kognitif anak, sejak dini siswa sudah dilatih menjadi peneliti, kurikulum merdeka dapat membantu anak dalam menemukan bakat dan minatnya. pembelajaran di kelas bukan hanya sekedar konten, akan tetapi pembelajaran yang bermakna.

Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) sangat menarik untuk dilakukan didunia pandidikan, selain sebagai cara untuk mendapatkan data secara kualitatif, kegiatan ini dapat dilakukan juga dalam upaya menyebarluaskan informasi terkait suatu topik dengan cara-cara yang santai tanpa menggurui. Focus Group Discussion (FGD) juga layak dicobakan dalam asesmen siswa pada kegiatan projek.

Guru Bahasa Indonesia di SMA Budi Utomo Perak.

Leave a Reply

Your email address will not be published.